Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
(Pengkhotbah 3::1)
Namanya Mira. Sebenarnya, pada bulan Agustus 2015 yang akan datang, dia akan diwisuda di Balairung Universitas Indonesia. Siapa sangka, dia pergi sebelum sempat merasakan bangganya memakai toga?
Kabar duka ini kembali mengingatkan kita pada sebuah kenyataan: segala sesuatu yang ada di bumi ini bersifat sementara. Ada saatnya bersedih, ada saatnya bergembira. Kehidupan yang kita jalani saat ini bersifat "dipinjamkan" oleh Tuhan, kelak, masa "pinjaman" itu akan berakhir.
Ya, segala sesuatu yang terjadi di kolong langit tak pernah kekal. Itu sebabnya, kita tak boleh menyombongkan diri. Tetaplah mengandalkan Tuhan dalam segala hal yang kita lakukan. Karena kita tahu, Tuhanlah yang membuat hidup kita berarti.
Kadang-kadang, kita juga lebih fokus memikirkan perut kita daripada hati kita. Jasmani kita selalu ingin kita kenyangkan, tetapi anehnya, jangankan mengenyangkan rohani, kita sendiri bahkan tidak menyadari kalau rohani kita benar-benar lapar berat! Kita kuat makan nasi dalam porsi yang banyaaak banget, tapi untuk merenungkan satu ayat Alkitab saja ... rasanya, kok, ngantuk? Badan tambah besar, tetapi iman kita ... apa kabar, ya?
Mau sampai kapan begini terus?
Selagi masih ada kesempatan, yuk, perbaiki diri. Tetaplah memohon kepada Sang Pemberi Iman, karena Sang Pemberi Iman mau, kok, menyempurnakan iman kita, asalkan kita sendiri juga bersedia diproses.
(
Mau sampai kapan begini terus?
Selagi masih ada kesempatan, yuk, perbaiki diri. Tetaplah memohon kepada Sang Pemberi Iman, karena Sang Pemberi Iman mau, kok, menyempurnakan iman kita, asalkan kita sendiri juga bersedia diproses.
(