Pernahkah kamu merasa dijauhi oleh orang yang kamu anggap sahabatmu? Bagaimana rasanya? | Aku pernah mengalaminya. Dulu, aku sering bersenda gurau dengannya. Dia juga menjadi temanku dalam berbagi ilmu. Kami juga saling memberi motivasi agar sama-sama berhasil menggapai berbagai impian yang telah kami gantungkan di langit. Segalanya terasa menyenangkan. Salah satu impian kamipun terwujud. Kami bersama-sama bersyukur dan berbahagia. Sungguh, kami tak menyangka impian kami ini akan terwujud. |
Setelah impian itu terwujud, kami masih sering bertemu, tetapi pertemuan itu tidak sama rasanya seperti dahulu kala. Kami hanya sekedar saling menyapa. Kalaupun kami mengobrol, obrolan itu terasa hambar. Sungguh, segalanya terasa berubah.
Kini, bisa melihatnya dari kejauhan saja ... rasanya senang sekali! Ya, kulihat ia dari kejauhan sedang bercengkerama dengan sahabat-sahabat barunya. Ia kini lebih sering bersama sahabat-sahabat barunya.
Sementara aku ... terlupakan.
Kini, bisa melihatnya dari kejauhan saja ... rasanya senang sekali! Ya, kulihat ia dari kejauhan sedang bercengkerama dengan sahabat-sahabat barunya. Ia kini lebih sering bersama sahabat-sahabat barunya.
Sementara aku ... terlupakan.
Nah, sekarang, cobalah kamu bayangkan kalau kamu di posisi sahabatku, sementara yang menempati posisiku adalah Tuhan Yesus yang Maha Baik. | Ketika kamu sedang merasakan badai kehidupan, kamu menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Dikit-dikit berdoa, dikit-dikit curhat. Hubungan itu terasa begitu intim bahkan mungkin melebihi hubunganmu dengan sahabat-sahabat kita. Kemudian, badai itu mereda. Kamu mulai kembali menikmati kehidupanmu. Kamu mulai menemukan hal-hal yang sangat menarik untuk dilakukan. Akan tetapi, hal-hal tersebut justru terasa lebih menarik daripada berhubungan intim dengan Tuhan. Kamupun mulai menjauhi Tuhan dan sibuk menjalani hari-hari barumu. Kira-kira perasaan Tuhan seperti apa, ya? |
Bersyukurlah, karena kasih yang Tuhan miliki adalah kasih yang agape; kasih yang tulus dan begitu murni, karena Ia tak pernah berharap kasih-Nya berbalas. Ia bahkan masih tetap menanti dengan setia dan sabar. Ya, Ia menunggu kamu dan aku untuk kembali merajut tali persahabatan yang telah renggang itu.